Yayasan Iqro

You are currently viewing Belajar Dari Alam

Belajar Dari Alam

Please Share.....

Dalam Al Quran Allah banyak bersumpah dengan menggunakan benda atau peristiwa alam. Misalnya surah Asy- Syam, Al Lail,  Adh Dhuha.

Hal ini menunjukkan betapa Allah sangat meminta kita untuk memperhatikan alam dan kejadian di dalamnya.

Alam menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahkan Islam diturunkan pun untuk menjadi rahmatan lil alamin, rahmat bagi alam semesta. Ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa sudah seharusnya keberadaan kita adalah untuk membawa kebaikan kepada seluruh alam. Itu misi muslim di dunia.

Lalu apa yang terjadi di masa kini?

Betapa banyak bagian dari alam yang “menderita” karena ulah manusia. Tidak sedikit manusia harus merasakan dampak buruk dari ulah sebagian manusia lainnya.   Manusia menjadi rahmatan lil alamin (makin) jauh dari kenyataan. Keserakahan, keangkuhan, ketidakpedulian, egoisme manusia seringkali yang menyebabkan manusia tak lagi berperan sebagai khalifah fil ardl. Tak lagi menghadirkan kemakmuran di bumi melainkan kehancuran dan keprihatinan yang berkepanjangan.

Banyak manusia yang berpikiran singkat, yang hanya beprikir hidup untuk hari ini dan untuk diri sendiri. Sifat tamak yang membuat selalu merasa kurang dan ingin mendapat lebih tanpa peduli kepada orang lain.  Sifat buruk yang memunculkan sikap mementingkan diri sendiri, tidak peduli orang lain, jauh dari kesediaan tuk berbagi. Mengapa hal tersebut bisa muncul? Karena Allah berikan kepada manusia hawa nafsu selain hati nurani. Manusia bukanlah malaikat yang tanpa nafsu,  suci dan selalu bertasbih pada Allah.

Kesombongan, keangkuhan seringkali menjadi penyebab manusia enggan belajar dari alam. Enggan tunduk pada aturan Allah, sunatullah. Manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik banyak memanfaatkan alam tanpa memperhatikan pemeliharaannya. Eksploitasi tanpa rehabilitasi atau revitalisasi.

Allah telah menciptakan alam dengan mudah bagiNya. Allah pun akan dengan mudah menghancurkan seluruh alam semesta jika menghendaki. Tak ada yang sulit bagi Allah. Yang sulit adalah bagaimana kita sebagai manusia mengontrol hawa nafsu kita agar bisa  menjalankan dengan baik  amanah alam  yang Allah serahkan kepada kita.

Sampai kapan manusia abaikan amanah sebagai khalifah di bumi? Akankah sifat dan sikap buruk yang ada saat ini dilanjutkan oleh keturunan kita? Anak cucu kita? Jika itu yang terjadi sangat mungkin alam ini segera alami kehancuran kecuali Allah berkehendak lain.

Ikhtiar menyelamatkan alam semesta, khususnya bumi yang kita pijak menjadi langkah yang harus dilakukan. Salah satunya dengan mewariskan sikap peduli, jiwa berbagi , keinginan tuk melindungi dan kesediaan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan dan pengasuhan sejak dini di rumah maupun di luar rumah.

Mengajarkan sejak dini tentang empati, berbagi dan tanggung jawab perlu dilakukan. Membuka mata anak tentang dunia yang dihadapinya, mengasah rasa tentang bagaimana menjadi orang lain yang mengalami kesulitan. Dengan informasi dan empati yang ditumbuhkan anak pun dapat diajak, diarahkan tuk bersedia berbagi kesenangan, berbagi rizki, berbagi cinta dan kasih sayang. Ketika ilmu, rasa dan kelembutan hati merasuk ke dalam jiwa anak, diharapkan menumbuhkan sikap bertanggung jawab terhadap dirinya, orang lain dan lingkungannya.

Tugas mewariskan kebaikan menjadi tugas para orang tua dan orang dewasa yang berada di sekelilingnya.  Melakukan proses pewarisan dengan menciptakan bi’ah (miliu) sehingga anak-anak kita terbiasa, dikondisikan dengan hal-hal baik dan melakukan kebaikan. Semoga Allah berikan punggung yang kuat dan nafas yang panjang bagi kita untuk melakukan proses pewarisan tersebut. Membangun generasi robbani dengan aqidah yang lurus, kecerdasan yang produktif dan kemanfaatan yang signifikan.

In syaa’ Allah.. aamiin yaa Robbal alamin.  

Penulis : Leli Latifah, Psi.

Litbang Yayasan IQRO’ Bekasi


Please Share.....

Leave a Reply